Sepulang kantor tadi, saya diberitahu teman kalau besok libur. Tidak
biasanya saya melewatkan Harpitnas, Hari Terjepit Nasional, seperti
hari ini. Harpitnas karena hari senin ini diapit oleh 2 hari libur,
ahad yang memang "tanggal merah" dan selasa, 7 Desember 2010 yang
ternyata bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1432 H, hari libur
nasional. Horeeee, asyik dong besok libur. Tapi, sungguh keterlaluan
kalau saya melupakan kalender Islam, padahal sebagai seorang muslim
saya semestinya tahu jika besok adalah tahun baru Islam, tak perlu
dirayakan. Sangat kontras dengan ingatnya saya jika sekarang bulan
Desember yang sesaat lagi akan berakhir tahun Miladiyah atau Masehi.
Kalender Islam atau sering juga disebut kalender Hijriah memang sering
terlupakan oleh saya dan mungkin juga oleh sebagian besar ummat Islam
di Indonesia. Kalender Miladiyah atau Masehi lebih populer di
Indonesia walaupun Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim
terbesar di dunia. Hal ini bisa dilihat di keseharian masyarakat
muslim Indonesia yang terkesan biasa-biasa saja menghadapi pergantian
tahun Hijriah seperti hari ini (walaupun memang semestinya tak ada
perayaan pergantian tahun baru). Sangat kontras dengan peringatan
pergantian tahun Miladiyah yang terkesan hura-hura, ramai, dan ribut
(lihat saja jalan-jalan protokol di kota anda, khususnya Makassar
mungkin sudah ada penjual terompet yang mulai meramaikan jalanan,
padahal pergantian tahun Miladiyah masih sebulanan lagi).
Hal ini tentunya sudah melekat pada budaya kita di era sekarang ini.
Penghambaan kita terhadap tahun Miladiyah sudah mengakar di
masyarakat, entah sejak kapan. Masih teringat di era nenek saya dulu
yang masih menggunakan kalender Hijriah sebagai kalender pokok,
penanggalan Miladiyah hanyalah penanggalan lapis kedua. Lihat saja
orang-orang jawa dulu masih menggunakan kalender jawa yang berdasarkan
kalender Hijriah sebagai pedoman dalam keseharian, seperti bercocok
tanam, hajatan dan sebagainya. Penanggalan ini pun masih digunakan
oleh masyarakat jawa yang masih kental "nuansa jawa"nya. Begitupula
masyarakat bugis-makassar tempo dulu masih menggunakan bulan sebagai
pedoman dalam berlayar dan menanam padi. Entah sekarang.
Penanggalan Hijriah (kalau tidak salah, seingat saya) berpatokan
kepada perputaran bulan atas bumi. Sehingga awal bulan adalah saat
"bulan baru", saat bulan mulai tampak, dan awal hari adalah saat bulan
terbit saat matahari tenggelam setiap harinya. Bingung saya, itulah
akibatnya kalau nenek saya tak memberitahu akan hal ini. Bingung saya
adalah kapan awal harinya? Apakah saat bulan mulai tampak (bisa saja
siang hari) ataukah selalu saja saat matahari terbenam? Seingat saya
inilah juga yang membedakan dasar kapan mulai hari antara beberapa
kelompok muslim, yang berimbas pada perbedaan waktu mulai beribadah
(seperti awal puasa ramadhan, Idul Fitri, dan yang terakhir Idul Adha
1431 H). Penanggalan Hijriah dimulai pada saat Hijrahnya Rasulullah
Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Hijrah ini juga sebagai simbol
berpindahnya Rasulullah dari yang baik ke yang lebih baik. Sehingga
moment pergantian tahun baru Hijriah saya jadikan sebuah resolusi ke
arah lebih baik.
Penanggalan Miladiyah atau Masehi, seperti asal katanya berarti
dimulai dari kelahiran (milad) Isa Al Masih atau umat Nasrani menyebut
Yesus Kristus. Penanggalan ini berdasar atas perputaran bumi terhadap
matahari. Satu hari dihitung dari satu kali perputaran bumi pada
porosnya dan satu tahun adalah satu putaran penuh bumi mengelilingi
matahari. Kalau satu bulan ? Saya juga bingung, sepertinya berdasarkan
perhitungan dan kesepakatan saja. Moment pergantian tahun (menurut
penalaran dan pemantauan saya) berarti seperti memperingati kelahiran,
dari awal, serba baru. Entahlah.
Lantas, apa hubungannya antara saya dan tahun baru Hijriah ini?
Entahlah juga, saya juga bingung. Namun seperti momentnya, berpindah
(waktu) ke yang lebih baik. Saya buat resolusi saja. Apa yah resolusi
tahun ini ? Mungkin hal besar yang mesti direncanakan dengan sangat
matang adalah botting, menikah, mengingat usia saya yang mulai uzur.
Hehehe. Apa lagi yah?? Sepertinya dalam rutinitas, standar saja,
semoga yang lambat bisa dipercepat (pikiran, kerja), bisa lebih
bersih, rapi, dan "teratur", mengingat sekarang-sekarang ini saya
seperti "malas hidup".
Akhirnya, semangat tahun baru 1 Muharram 1432 Hijriah. Apa resolusi
anda? Punya?
--
Dikirim dari perangkat seluler saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar