6 Des 2010

Hijrah, Resolusi di 1432 Hijriah

Sepulang kantor tadi, saya diberitahu teman kalau besok libur. Tidak biasanya saya melewatkan Harpitnas, Hari Terjepit Nasional, seperti hari ini. Harpitnas karena hari senin ini diapit oleh 2 hari libur, ahad yang memang "tanggal merah" dan selasa, 7 Desember 2010 yang ternyata bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1432 H, hari libur nasional. Horeeee, asyik dong besok libur. Tapi, sungguh keterlaluan kalau saya melupakan kalender Islam, padahal sebagai seorang muslim saya semestinya tahu jika besok adalah tahun baru Islam, tak perlu dirayakan. Sangat kontras dengan ingatnya saya jika sekarang bulan Desember yang sesaat lagi akan berakhir tahun Miladiyah atau Masehi. 

Kalender Islam atau sering juga disebut kalender Hijriah memang sering terlupakan oleh saya dan mungkin juga oleh sebagian besar ummat Islam di Indonesia. Kalender Miladiyah atau Masehi lebih populer di Indonesia walaupun Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini bisa dilihat di keseharian masyarakat muslim Indonesia yang terkesan biasa-biasa saja menghadapi pergantian tahun Hijriah seperti hari ini (walaupun memang semestinya tak ada perayaan pergantian tahun baru). Sangat kontras dengan peringatan pergantian tahun Miladiyah yang terkesan hura-hura, ramai, dan ribut (lihat saja jalan-jalan protokol di kota anda, khususnya Makassar mungkin sudah ada penjual terompet yang mulai meramaikan jalanan, padahal pergantian tahun Miladiyah masih sebulanan lagi). Hal ini tentunya sudah melekat pada budaya kita di era sekarang ini. Penghambaan kita terhadap tahun Miladiyah sudah mengakar di masyarakat, entah sejak kapan. Masih teringat di era nenek saya dulu yang masih menggunakan kalender Hijriah sebagai kalender pokok, penanggalan Miladiyah hanyalah penanggalan lapis kedua. Lihat saja orang-orang jawa dulu masih menggunakan kalender jawa yang berdasarkan kalender Hijriah sebagai pedoman dalam keseharian, seperti bercocok tanam, hajatan dan sebagainya. Penanggalan ini pun masih digunakan oleh masyarakat jawa yang masih kental "nuansa jawa"nya. Begitupula masyarakat bugis-makassar tempo dulu masih menggunakan bulan sebagai pedoman dalam berlayar dan menanam padi. Entah sekarang. Penanggalan Hijriah (kalau tidak salah, seingat saya) berpatokan kepada perputaran bulan atas bumi. Sehingga awal bulan adalah saat "bulan baru", saat bulan mulai tampak, dan awal hari adalah saat bulan terbit saat matahari tenggelam setiap harinya. Bingung saya, itulah akibatnya kalau nenek saya tak memberitahu akan hal ini. Bingung saya adalah kapan awal harinya? Apakah saat bulan mulai tampak (bisa saja siang hari) ataukah selalu saja saat matahari terbenam? Seingat saya inilah juga yang membedakan dasar kapan mulai hari antara beberapa kelompok muslim, yang berimbas pada perbedaan waktu mulai beribadah (seperti awal puasa ramadhan, Idul Fitri, dan yang terakhir Idul Adha 1431 H). Penanggalan Hijriah dimulai pada saat Hijrahnya Rasulullah Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Hijrah ini juga sebagai simbol berpindahnya Rasulullah dari yang baik ke yang lebih baik. Sehingga moment pergantian tahun baru Hijriah saya jadikan sebuah resolusi ke arah lebih baik. Penanggalan Miladiyah atau Masehi, seperti asal katanya berarti dimulai dari kelahiran (milad) Isa Al Masih atau umat Nasrani menyebut Yesus Kristus. Penanggalan ini berdasar atas perputaran bumi terhadap matahari. Satu hari dihitung dari satu kali perputaran bumi pada porosnya dan satu tahun adalah satu putaran penuh bumi mengelilingi matahari. Kalau satu bulan ? Saya juga bingung, sepertinya berdasarkan perhitungan dan kesepakatan saja. Moment pergantian tahun (menurut penalaran dan pemantauan saya) berarti seperti memperingati kelahiran, dari awal, serba baru. Entahlah. 

Lantas, apa hubungannya antara saya dan tahun baru Hijriah ini? Entahlah juga, saya juga bingung. Namun seperti momentnya, berpindah (waktu) ke yang lebih baik. Saya buat resolusi saja. Apa yah resolusi tahun ini ? Mungkin hal besar yang mesti direncanakan dengan sangat matang adalah botting, menikah, mengingat usia saya yang mulai uzur. Hehehe. Apa lagi yah?? Sepertinya dalam rutinitas, standar saja, semoga yang lambat bisa dipercepat (pikiran, kerja), bisa lebih bersih, rapi, dan "teratur", mengingat sekarang-sekarang ini saya seperti "malas hidup". Akhirnya, semangat tahun baru 1 Muharram 1432 Hijriah. Apa resolusi anda? Punya? 

-- Dikirim dari perangkat seluler saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...