11 Jan 2012

Wisata Perjalanan Keluarga di Sidoarjo dan Sampang

Awal tahun 2012, saya dan keluarga (istri dan mertua) berwisata perjalanan keluarga ke Sidoarjo dan Sampang. Yang saya maksud wisata keluarga disini adalah berkunjung dan bersilaturahmi ke rumah keluarga, bukannya tempat wisata yang cocok buat keluarga.  Keluarga istri (mbah dan saudara ayah mertua saya) di Sidoarjo menyambut kami dengan sangat hangat. Berikut ini kisah perjalanan saya.

Hari pertama diisi dengan istirahat, maklumlah kami berangkat dari rumah di Makassar subuh hari dan tiba di Desa Ngaban pada pagi hari. Siangnya mencoba makanan khas Tanggulangin dari kerang kecil yang hidup di muara sungai, Kupang. Kupang Lumayan enak, bercita rasa manis, lebih enak lagi bila ditambah petis. Malamnya ada acara kumpul keluarga, menikmati malam tahun baru dengan sate ayam, jagung bakar dan hujan. 

Hari kedua, jalan-jalan ke pusat grosir tas dan sepatu kulit khas tanggulangin di daerah geden, sorenya makan rujak cingur super pedas. 

Hari ketiga ke tempat wisata lumpur Lapindo dengan motor. 

Hari keempat ke toko elektronik Hartono Sidoarjo. 

Hari kelima, berkunjung ke Sampang Madura, lewat jembatan Suramadu. Menyempatkan diri ke Pantai Camplong dan mencoba kuliner khas Sampang, Kaldu. Kaldu disini berupa daging, tulang dan lemak yang dicampur dengan bumbu khusus dan kacang hijau. Kalau di makassar serupa Konro, namun konro tidak mempunyai banyak lemak dan kacang hijau. Kami tidak menginap di Sampang. 

Hari keenam, keliling kota Sidoarjo mencari oleh-oleh buat keluarga dan kerabat di Makassar. Sempat ke Hypermart (yang baru dibuka), toko kain Bima, toko perlengkapan bayi Joshua, dan makan bakso di pinggir jalan Tanggulangin. 

Hari ketujuh, siap-siap kembali ke Makassar. Tiba di Makassar pukul 9 malam waktu setempat. 

Soal Bahasa Jawa 

Bahasa jawa itu mirip-mirip kosakatanya. Degan, Gedang, dan Geden adalah contohnya. Degan adalah kelapa, Gedang adalah pisang, dan Degen adalah tempat grosir sepatu dan tas kulit di daerah Sidoarjo. Awal datang ke Sidoarjo, saya diminta tolong istri membelikan es degan di pasar. Pikir saya, es degan itu semacam es campur buah-buahan seperti es teler di Makassar tapi khas daerah Sidoarjo. Saya pun memesan es yang dimaksud di sebuah kios. Sang penjual kemudian membelah sebuah kelapa, mungkin kelapa adalah campuran es degan, pikir saya. Setelah selesai, sang penjual memasukkannya ke bungkusan plastik kemudian langsung menyerahkannya kepada saya. Saya membatin, jangan sampai saya dibodoh-bodohi oleh si penjual. Namun, dengan pede saya menyerahkan pesanan yang dimaksud pada istri dan bertanya, "es degan itu apa? Kelapa yah?“, sambil tertawa istri saya menjawab "Iya kelapa, memang kenapa?“. Hoalaah, ternyata es degan itu es kelapa. 

Selanjutnya, setelah mendengar dengan seksama disertai analisis mendalam, akhirnya saya tahu secara otodidak bahwa bahasa jawa dari pisang adalah gedang. Sulit saya analisis karena kadang masih tertukar dengan degan (kelapa). Sempat tertukar juga dengan Geden. Geden adalah adalah tempat grosir sepatu dan tas kulit di daerah Sidoarjo. Jalan ke geden terletak di depan pasar Desa Ngaban, Kecamatan Tanggulangin, kabupaten Sidoarjo. Tas dan sepatu bahan kulit asli di jual dengan harga miring didaerah degen karena kebanyakan di produksi sendiri oleh penjualnya. Di sisi-sisi jalan bertebaran pembuat tas, jaket, atau sepatu kulit selain tukang permaknya. Terima kasih buat papa (mertua saya) yang membelikan sebuah tas kulit. 

Bahasa ibu saya adalah bahasa bugis, sehingga bahasa jawa terdengar asing di telinga saya. Namun dengan sekuat tenaga saya harus tahu bahasa jawa apalagi bila sedang berada di tanah jawa, takut dijual oleh istri saya. Setelah berada di Sidoarjo beberapa hari, menurut saya, bahasa jawa itu mudah dimengerti namun harus secara seksama mendengar penuturan bahasa jawa, salah sedikit pasti akan salah persepsi. 

Menurut istri, bahasa jawa itu kebanyakan huruf D nya, makanya lidah orang jawa biasa dikatakan Medhok, atau menurut saya (medhok) adalah menggunakan huruf D secara berlebihan. 

Kreatifnya orang jawa 

Menurut saya, orang jawa itu kreatif dan inovatif. Contohnya, saya takjub dengan usaha pembuatan keripik disini. Kulit sapi dapat dijadikan kerupuk rambak, nangka yang notabene buah-buahan dibuat keripik. Cakar ayam pun demikian, dibuat kerupuk ceker ayam yang jika di Makassar, cakar ayam tidak diolah lagi dan langsung dibuang. 

Kesimpulannya? Indonesia sangat luas dan indah, wisata ke Jawa Timur kali ini meninggalkan kesan yang sangat baik. Semoga dapat kembali ke sini di lain kesempatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...