14 Mar 2013

Ketika Jantung Meminta Cincin



Jantung adalah bagian vital pada tubuh manusia, berfungsi memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung yang tak berdetak lagi menandakan manusia sudah mati. Ada berbagai macam penyebab penyakit jantung, namun yang paling dikenal secara umum adalah serangan jantung dan Penyakit Jantung Koroner (PJK). Ada satu pertanyaan seputar penyakit ini yang cukup membuat saya berpikir, mengapa sekarang-sekarang saja banyak yang menderita penyakit jantung? Kalau jaman dulu, tidak ada atau jarang orang tua kita yang menderita penyakit ini. Apakah faktor makanan atau banyak dosa? Jawaban saya diplomatis saja. Memang ada faktor asupan makanan yang kurang sehat disini, disamping jarang bergerak atau olahraga. Lihat saja masyarakat kita kebanyakan bekerja di depan layar monitor, sebagian lagi bertahan mencangkul sawah di desa. Memang itulah pencetusnya, namun jangan lupakan juga soal pelaporan. Mungkin banyak orang tua terdahulu yang tidak mengeluh sakit namun tiba-tiba meninggal. Sambil duduk, sambil buang air, atau sambil Shalat bukan? Itulah salah satu ciri serangan jantung yang pada jaman dahulu tidak terdeteksi karena kurangnya pengetahuan akan penyakit ini.

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner. Pembuluh darah koroner adalah pembuluh darah yang berfungsi menyuplai oksigen dan zat makanan ke otot jantung, pembuluh ini dapat menyempit akibat pertumbuhan plak sehingga diameter pembuluh darah tersebut berkurang sehingga pasokan darah ke otot jantung menjadi berkurang. Penyebab pembuluh darah koroner menyempit tidak diketahui dengan pasti, namun dalam hal ini dikenal istilah ‘faktor resiko', yang terdiri dari diabetes, hipertensi, kolesterol LDL tinggi, kolesterol HDL rendah, umur, obesitas, kurang olahraga, merokok dan keturunan. Semakin banyak faktor resiko yang dipunyai seseorang, maka semakin besar resiko orang tersebut mengalami penyempitan pembuluh darah koroner dan menderita PJK. 

Aliran darah ke otot jantung yang menurun karena adanya penyempitan pembuluh darah koroner mengakibatkan otot jantung kekurangan oksigen (iskemia) dan memberikan gejala klinis yang bermacam-macam, dari ringan sampai berat bahkan kematian mendadak. Pasien dapat mengalami gejala klinis berupa sesak nafas, nyeri atau panas di dada atau rasa tercekik yang memberat saat aktivitas dan menghilang dengan istirahat yang dikenal dengan istilah Angina Pektoris Stabil. Bila pada suatu keadaan nyeri makin memberat, makin sering, timbul dengan aktivitas fisik yang ringan atau bahkan timbul saat istirahat, maka gejala ini dikenal dengan istilah Angina Pectoris Tidak Stabil. Pasien juga bisa mengalami serangan jantung (akut miokard infark) berupa nyeri dada hebat yang tidak hilang dengan istirahat dan seringkali disertai keringat dingin. Harus disadari bahwa sekitar 30% PJK tidak memberi gejala apapun pada awalnya sampai suatu saat tiba-tiba pasien meninggal mendadak akibat serangan jantung.


Kateterisasi jantung atau nama lengkapnya angioplasti koroner yang diikuti dengan PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasti) atau pun PCI (Percutaneus Coronary Intervention) adalah prosedur untuk melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat. Penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah itu selain bisa menimbulkan serangan jantung, juga akan menimbulkan angina (nyeri pada dada) dan penyakit lain yang berhubungan dengan jantung. Penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah sebenarnya hasil dari proses bertahun-tahun peradangan kronis pembuluh darah koroner, yakni terbentuknya endapan di pembuluh darah yang disebut plak aterosklerosis. Proses ini awalnya berjalan diam-diam, tidak menimbulkan gejala klinis, sehingga seseorang tidak akan merasakan apa yang terjadi di dalam dinding pembuluh darahnya. Serangan jantung atau angina merupakan puncak dari perjalanan panjang penumpukan plak. Jika ada faktor risiko penyakit jantung koroner seperti merokok, kegemukan, kurang beraktivitas, atau ada riwayat keluarga, maka proses penumpukan plak lemak itu berkembang lebih cepat. 

Tindakan katerisasi jantung bukanlah tindakan operasi. Yang disebut tindakan operasi pada pembuluh darah jantung koroner adalah tindakan operasi bypass. Katerisasi jantung yang diikuti dengan pemasangan cincin (stent) di pembuluh darah koroner adalah hal yang rutin dilakukan di rumah sakit besar di Indonesia. Tindakan ini bukan tindakan operasi, untuk pemeriksaan dan tindakan ini tidak butuh perawatan lama dan bisa segera beraktifitas. Sesudah tindakan pun pasien bisa langsung beraktivitas seperti biasa dan tidak ada pembatasan aktivitas baik yang sedang atau pun berat. 

Salah satu pengobatan PJK yang sangat bermanfaat adalah PCI (Percutaneus Coronary Intervention), kita sering menyebutnya dengan ‘pemasangan cincin'. Sebenarnya istilah pemasangan cincin kurang begitu tepat karena bentuk cincin (disebut juga Stent) disini lebih menyerupai gorong-gorong yang berjaring-jaring. Stent terbuat dari metal tahan karat, sebelum dikembangkan berbentuk kuncup menempel pada balon (di dalamnya terdapat balon). Fungsi dari stent sebenarnya adalah sebagai penyangga supaya pembuluh darah tidak menyempit kembali (restenosis). Pada tindakan PCI, stent tadi dimasukan ke dalam pembuluh darah koroner dengan bantuan alat kateter yang dimasukan dengan membuat sayatan kecil (1-2 mm) pada pembuluh darah di tangan atau lipat paha dengan bius lokal (bukan bius umum). Begitu sampai pada tempat penyempitan, balon dikembangkan sehingga stent ikut mengembang, menempel pada pembuluh darah dan pembuluh darah pun menjadi lebar. Balon kemudian dikempiskan lalu ditarik kembali sehingga yang tertinggal disana hanya stent. Untuk memasang stent pada posisi yang tepat, pada tindakan PCI ini digunakan panduan sinar rontgen dan fluoroscopy. 

Prosedur PTCA atau PCI dilakukan dengan menyuntikkan anestesi ke pangkal lengan atau pangkal paha dalam. Setelah itu dokter memasukkan selang kecil yang lentur (kateter) sebagai pemandu ke dalam tungkai atau lengan. Dibantu gambar pada monitor, dokter memandu kateter menuju arteri yang tersumbat atau menyempit dalam jantung. Selanjutnya, kateter kedua yang lebih sempit dengan balon atau stent pada ujungnya dimasukkan melalui kateter pertama. Ketika ujung kateter kedua itu mencapai sumbatan di dalam arteri koroner, balon kemudian ditiupkan untuk memperlebar bagian yang menyempit. Stent atau cincin yang dipasang di arteri terbuat dari jalinan tabung logam kecil yang akan bekerja sebagai penopang untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terbuka. Diharapkan pelebaran ini bisa permanen. Keseluruhan prosedur pemasangan stent atau balonisasi berlangsung selama 30 menit sampai dua jam.

Secara garis besar stent terdiri dari dua jenis, yaitu stent bersalut obat (Drug Eluting Stent/DES) dan stent tanpa salut obat (Bare Metal Stent/BMS). Salut obat pada DES gunanya adalah untuk mengurangi pertumbuhan sel-sel pembuluh darah pada tempat penyempitan sehingga resiko penyempitan kembali dapat dikurangi hingga 5% dibandingkan tanpa menggunakan salut obat. Dibandingkan operasi bypass (CABG), tindakan PCI ini juga lebih disenangi karena tidak memerlukan persiapan khusus (hanya puasa 3-4 jam), tidak diperlukan pembiusan total, tidak membuka/menyayat dinding dada, rasa sakit sangat minimal dan umumnya hanya memerlukan satu hari perawatan. 

Stent gunanya adalah untuk melebarkan pembuluh darah dengan "menekan atau mendorong" plak tadi supaya pembuluh darah menjadi lebar dan aliran darah menjadi lancar, bukan untuk membuang plak. Plak dapat tumbuh kembali ditempat yang sama ataupun ditempat lain. Maka dari itu, setelah pemasangan stent, bukan berarti semua masalah menjadi beres. Tapi pasien tetap harus menjaga faktor resiko yang telah disebutkan di atas, supaya resiko tumbuhnya kembali plak dapat berkurang. 

Stent tidak dapat berkarat karena memang dibuat dari campuran logam tahan karat. Stent juga tidak dapat bergeser karena sekali stent tersebut mengembang (expand) dia akan tetap berada di tempatnya. Pada pemasangan stent, rasa sakit hanya pada tempat sayatan pada pembuluh darah tangan atau kaki, pemasangan stent atau pemasukan kateter sendiri tidak akan menimbulkan rasa sakit karena pembuluh darah memang tidak mempunyai sensor rasa sakit. Namun demikian, stent adalah benda asing bagi tubuh dan reaksi tubuh atas benda asing tersebut dapat berupa pembentukan bekuan darah di tempat pemasangan stent (stent thrombosis) yang dapat berakibat fatal. Resiko ini meningkat pada penggunaan stent bersalut obat (DES) dibandingkan dengan stent tanpa salut obat (BMS) karena pada stent bersalut obat, obat ditempelkan pada stent dengan menggunakan bahan polymer yang cenderung dapat mencetuskan pembentukan bekuan darah (trombus). Karena itu, setelah pemasangan stent (jenis apapun), pasien harus tetap meminum obat pengencer darah (Clopidogrel dan Aspirin) menurut dosis dan jangka waktu yang ditentukan oleh dokter.

Mengenai makanan (diet), pasien pasang cincin jantung sebaiknya dengan pola makan seimbang dan mengurangi asupan lemak, terutama yang bersumber dari daging merah (misalnya, daging sapi, kambing, jeroan). Secara umum, perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan sumber makanan yang tinggi serat. Baiknya kurangi juga asupan gula dan garam (natrium) pada menu sehari-hari dan secara umum kurangi jumlah asupan kalori per harinya. Beberapa jenis makanan yang diketahui mempunyai pengaruh positif bagi kesehatan jantung, misalnya salmon (tinggi kandungan asam lemak omega-3), minyak zaitun (dapat menurunkan LDL), gandum, oat (beta-glucan), apel (guercetin), dan tomat (tinggi kandungan vitamin dan lycopene). Untuk aktivitas sehari-hari, sebaiknya dilakukan / ditentukan setelah terlebih dahulu diukur fungsi kemampuan jantungnya dengan USG jantung (echocardiography). Dari pemeriksaan tersebut dapat dipertimbangkan apakah pasien dapat melakukan olah raga, atau sebaiknya lebih banyak beristirahat. Secara umum olah raga yang baik bagi penderita penyakit jantung koroner adalah olah raga yang aktivitasnya bersifat konstan seperti berjalan kaki, jogging ringan, bersepeda atau renang. Hindari olah raga yang mempunyai unsur daya ledak seperti tennis, badminton, atau sepakbola. Setelah pemasangan Stent pada pembuluh darah koroner, pasien harus mengkonsumsi obat untuk mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah lagi berupa golongan aspirin atau kombinasi dengan obat lain. Untuk aktivitas fisik tergantung kondisi sebelumnya, bila baik-baik saja tanpa limitasi maka tetap seperti biasanya saja namun bila sudah ada limitasi maka disarankan untuk mengikuti program rehabilitasi jantung. Tentang makanan yang dikonsumsi juga tergantung faktor resiko yang dimiliki, apakah berupa gangguan kadar lemak darah, kencing manis atau tekanan darah tinggi. Satu hal lagi, berhenti merokok.

Dulu, pemasangan cincin hanya bisa dilakukan di luar negeri, paling sering didengar orang keluar negeri seperti Singapura. Namun demikian sekarang sudah bisa dilakukan dalam negeri, teknologi kesehatan dalam negeri sudah maju. Pemasangan cincin bisa dilakukan di RS kota besar termasuk Makassar. Walaupun demikian biayanya cukup mahal. Dijamin akan sangat kesulitan bila tidak menggunakan fasilitas asuransi atau jaminan kesehatan. Kalau tidak menggunakan asuransi, biaya pemasangan satu cincin berkisar 120-an juta, belum obatnya. Makanya, penyakit jantung bisa saya katakan "penyakit mahal", penyakit orang kaya. Kalau orang miskin seperti saya mungkin memilih mati saja daripada pasang cincin. Disinilah istilah "sehat itu mahal" sangat berlaku.

Ketika jantung sudah meminta dipasangkan cincin, daripada mati usahakan dulu penuhi permintaannya, dan berdoalah. Semoga kita diberi kesehatan, kesembuhan dan keselamatan.

*Postingan ini dibuat saat salah seorang Oom kami menjalani pemasangan cincin jantung, semoga beliau diberi kekuatan dan kesembuhan.
**Postingan ini disadur dari berbagai sumber, foto : shutterstock

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...