Sudah lama rasanya konsep Mamminasata terngiang di telinga saya. Banyak kemudian harapan jika konsep ini berjalan di kemudian hari. Jalan pintas, tidak macet, tidak berdebu menjadi impian saya. Namun hingga hari ini kemacetan Makassar masih saya rasakan tiap hari. Jalan Perintis Kemerdekaan seakan hanya satu-satunya jalan penghubung Makassar - Maros (terutama bagi saya pengendara motor, yang tinggal di Antang dan bekerja di Maros). Simpang siur mengenai proyek ini kemudian mmuncul. Apakah konsep Mamminasata akan terwujud? (jadi ji kah kodong??). Nah berikut beberapa informasi yang saya dapatkan dari hasil googleing mengenai Mamminasata yang merupakan konsep pembangunan wilayah kota Makassar.
Menurut Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, proyek jalan lingkar yang akan menggunakan anggaran APBN sebesar Rp276 miliar ini masih menunggu pembangunan dua jembatan yakni jembatan yang di atas Sungai Tallo dan kanal PDAM, sehingga ia meminta masyarakat bersabar. Proyek middle ring road ini jalan terus. Selain kedua jembatan itu, masalah yang dihadapi yakni belum terbitnya Peraturan Presiden tentang terkait megaproyek Mamminasata. Menurutnya program ini harus mendapat dukungan dari berbagai pihak sebab akan dibiayai oleh JICA dan Bank Pembangunan Jepang.
Ilham mengaku jika pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran Rp5 miliar untuk pengerjaan sebagian material jalan. Proyek pembebasan lahan ini sendiri sudah sampai 90 persen. Rencananya, pengerjaan "middle ring road" terdiri dari tembusan Jalan Perintis Kemerdekaan hingga jalan Sultan Alauddin.
Pengerjaan jalan lingkar tengah terdiri dari tembusan Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan Leimena (1,114 km), Jalan Leimena-Borong Raya (1,878 km), dan Jalan Borong Raya-Sultan Alauddin. Akses jalan ini diharapkan menjadi penghubung alternatif untuk mengurangi kemacetan kendaraan di jalur poros utama dari timur ke barat. Pembangunan jalur lingkar tengah ini juga akan dibarengi dengan pembuatan jalur alternatif di kawasan waduk tunggu Bitoa. Jalur itu untuk menghindari kemacetan di wilayah Kelurahan Antang dan Kecamatan Manggala. (Antara, 15 Juni 2011).
Berikut adalah rincian jalan Mamminasata :
Section A (Maros-Middle Ring Road)
Pengembangan jalan pada bagian ini adalah pelebaran jalan nasional dari 4 jalur menjadi 6 atau 8 jalur. Kecuali jalan di dalam kota Maros, 4 jalur yang ada akan dibangun kemudian. Jalur jalan dimulai di kota Maros dan melalui jalan nasional sampai ke persimpangan Jl.Ir.Sutami (dekat pintu masuk ke Kota Makassar) dan kemudian melewati Jl.Perintis Kemerdekaan sampai dengan persimpangan middle Ring Road yang direncanakan di dekat Jembatan Sungai Tallo.
Banyak bangunan dan rumah-rumah di sepanjang rute, terutama di sekitar bandara, Mandai, Biringkanaya dan Daya. Volume lalu lintas diperkirakan lebih tinggi dari jalur lain dan populasi kepadatan juga relatif tinggi. Beberapa masjid ada di sepanjang jalan dan rumah sakit umum Daya di titik lintas kota (RS Daya). Terdapat beberapa pasar besar dan kecil sehingga jalan ini sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Kondisi lingkungan alam dan keanekaragaman hayati flora dan fauna diasumsikan pada dataran rendah.
Dampak negatif yang signifikan adalah akuisisi tanah dan pemukiman kembali di kasus pelebaran jalan yang ada. Tampaknya kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu hal penting pada lingkungan sosial. Dimasa depan, kualitas udara dan tingkat kebisingan akan menjadi memburuk karena peningkatan volume lalu lintas. Namun, dampak positif pada penurunan kemacetan lalu lintas sangat diharapkan. Kegiatan ekonomi lokal dan pemanfaatan sumber daya lokal juga akan berdampak positif.
Section B (Middle Ring Road)
Melewati daerah perkotaan Makassar, melewati daerah kepadatan penduduk yang tinggi dan sebagian jalur jalan pada kanal drainase. Rute ini melintasi Sungai Tallo setelah memasuki Ring Road Jl.Perintis Kemerdekaan dari Tengah. Saat ini kondisi lingkungan alam dan keanekaragaman hayati relatif tinggi. Populasi penduduk dari Abdullah Daeng Sirua menuju Sungguminasa di Gowa cukup tinggi.
Kecelakaan lalu lintas adalah item penting untuk dipertimbangkan pada jalur ini. Pencemaran air dan kebisingan selama konstruksi substruktur Jembatan Sungai Tallo perlu diantisipasi. Kualitas udara dan kebisingan akan memburuk di masa depan karena meningkatnya volume lalu lintas.
Section C (Sungguminasa - National Road)
Pembangunan jalan baru sangat direkomendasikan. Rute baru melintasi Sungai Jeneberang setelah Sungguminasa. Sawah dan desa menyebar di sepanjang rute baru di selatan Sungai Jeneberang. Kepadatan populasi relatif kecil.
Section D (Boka - Takalar)
Konsep pengembangan Bagian D adalah pelebaran jalan nasional yang ada dari 2-jalur jalan menjadi 4-jalur jalan. Ada sebuah kanal irigasi di sisi timur sepanjang jalan. Dalam perjalanan ke Takalar, ada kota kecil (Limbung di Gowa dan Palleko di Takalar). Kepadatan penduduk di sepanjang sisi jalan relatif tinggi. Budidaya padi irigasi dominan sepanjang jalan. Jumlah resettlements (rumah dan bangunan) yang besar sebagai pelebaran dapat dibuat pada sisi barat karena saluran irigasi ini
terletak di sebelah timur.
Hertasning Road
Jalan Kabupaten (Bagian D dari Jalan Hertasning) yang terletak di Pattallassang di
Gowa akan diperlebar dari 2-jalur jalan menjadi 4-jalur jalan. Sawah dan budidaya tanaman dominan dan kepadatan penduduk relatif rendah.
Abdullah Daeng Sirua Road
Rute ini menghubungkan pusat Kota Makassar dengan kota baru yang disarankan (kota satelit) di Gowa dan Maros di masa depan. Ini juga akan secara langsung menghubungkan situs baru TPA Mamminasata. Rute yang diusulkan di Kota Makassar dimulai pada pusat kota di mana terdapat bangunan padat penduduk. Bagian B - Bagian D melewati sepanjang kanal air hingga Makassar/ Perbatasan Maros dan konsep proyek pembangunan jalan 2-jalur baru di ROW dari kanal PDAM atau perbaikan jalan inspeksi PDAM yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar