Saya tinggal dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Tamangapa Makassar, sekitar 3 km. inilah faktanya !!! Terkadang (walaupun tidak sering), bau sampah dan asap yang menyengat masuk ke dalam rumah, sangat mengganggu. Saya lalu membayangkan warga yang berada dalam radius 1 km dari TPA, hmmm.. Namun, tak ada pilihan lain, bukankah saya (orang tua saya tepatnya) memilih untuk tinggal di kompleks perumahan ini jauh hari sebelum pemerintah ”menyimpan” sampah kota di sekitar rumah kami ? Saya tinggal disini sejak tahun 1989. Antang (Perumnas antang, rumah saya), sekarang sudah sangat identik dengan sampah, pedalaman, kadang diolok-olok. Padahal jika tak ada TPA di sini, mungkin seluruh warga ”kota” sudah bingung dan pasti memilih membuang sampahnya ke laut. ”…….piko laut Boss!!!...” *masihmenggerutu*
Karena penasaran, di Hari Lingkungan Hidup Sedunia kemarin (5 Juni 2011) saya ”memberanikan” diri ke lokasi TPA, sekadar melihat-lihat dan mengambil gambar kondisi di dalam TPA. Sambil Nyopas, jadilah tulisan ini, berikut hasil ”intipan” saya.
Dengan jumlah penduduk lokal mencapai sekitar 1,3 juta jiwa, kota Makassar menghasilkan sekitar 3800 m3 sampah perkotaan setiap harinya. Padahalkapasitas maksimum dari TPA Tamangapa hanya sekitar 2,800 m3 sampah perkotaan setiap harinya. Lahan TPA tambahan akan diperlukan untuk pembuangan 1000 m3 sisa sampah. Sebagian besar sampah berasal dari aktivitas penduduk seperti di pasar, pusat perdagangan, rumah makan, dan hotel.
Sekitar 87% sampah di Makassar merupakan sampah organik dan sekitar 13% adalah sampah anorganik, seperti plastik dan kertas. Dengan perkiraan jumlah penduduk yang akan mencapai sekitar 1,5 juta jiwa di tahun 2007 dan 2,2 juta jiwa pada tahun 2015, dan rata-rata produksi sampah tiap orang sekitar 0.3 m3 per hari, diperkirakan akan dihasilkan total 4,500 m3 sampah tiap hari. Ini akan menjadi masalah yang serius apabila tidak terdapat rencana dan pengelolaan sampah padat perkotaan yang memadai.
TPA Tamangapa bertempat di wilayah Tamangapa, Kecamatan Manggala, 15 km dari pusat kota Makassar. TPA memiliki luas lahan sekitar 14,3 ha dan hanya 70% dari kapasitas keseluruhan TPA yang digunakan. TPA Tamangapa didirikan tahun 1993 dan dipertimbangkan sebagai satu-satunya TPA di kota Makassar.
Sebagian besar sampah perkotaan yang diolah di TPA berasal dari sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah perkantoran, dan sampah pusat perbelanjaan. Secara administratif, TPA ini berada di wilayah Tamangapa, Kecamatan Manggala. Lahan TPA berlokasi sangat dekat dengan daerah perumahan sehingga sering timbul keluhan dari penduduk setempat terkait dengan bau tak sedap yang berasal dari TPA, terutama pada saat musim hujan. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat, sebagian besar mengeluh soal bau tak sedap.
Terdapat beberapa pusat aktivitas dan perumahan seperti tempat ibadah dan sekolah, dan perkantoran yang berlokasi di sekitar 1 km dari lokasi proyek. Semenjak tahun 2000, berbagai perumahan telah didirikan, seperti Perumahan Antang, Perumahan TNI Angkatan Laut, Perumahan Graha Janah, Perumahan Griya Tamangapa, dan Perumahan Taman Asri Indah yang berlokasi berdekatan dengan TPA Tamangapa. Terdapat dua buah rawa yang berdekatan dengan perumahan tersebut, yaitu Rawa Borong yang berlokasi di sebelah utara dan Rawa Mangara yang bertempat di sebelah timur. Air dari Rawa Mangara mengalir menuju Sungai Tallo dan air dari Rawa Borong mengalir menuju saluran air Borong.
Sebelum Tamangapa dibangun sebagai lahan TPA, pada tahun 1979, sampah padat perkotaan dibuang di Panampu, Kecamatan Ujung Tanah. Mengingat keterbatasan wilayah dan lokasinya yang dekat dengan laut, tempat pembuangan sampah itu dipindahkan ke Kantinsang, Kecamatan Biringkanaya pada tahun 1980, karena telah menurunkan kualitas air. Pada tahun 1984, pemerintah lokal membangun TPA baru di Tanjung Bunga, Kecamatan Tamalate. Akan tetapi, pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dan pendirian wilayah perumahan di sekitar Kecamatan Tamalate mendorong pemerintah lokal untuk membangun Tamangapa sebagai lahan TPA untuk kota Makassar pada tahun 1992.
TPA Tamangapa merupakan tempat pembuangan sampah utama bagi penduduk kota Makassar. Dengan memperhitungkan peningkatan volume sampah di masa depan, pemerintah kota Makassar berencana untuk memperluas lahan TPA. Kota Makassar telah mengalokasikan dana sekitar US$ 60,000 pada tahun 2007 guna mendapatkan 3-4 ha area tambahan untuk TPA. Dengan penambahan area tambahan ini, luas lahan TPA bertambah menjadi sekitar 18 ha pada tahun 2007.
Deskripsi
|
Lahan / Kondisi / Status
| |
Nama Lahan
|
TPA Tamangapa
| |
Lokasi
|
Kelurahan Tamangapa
| |
Tahun Beroperasi
|
1993
| |
Luas Wilayah
|
14,3 ha
| |
Proses
|
TPA berdasarkan kebutuhan
| |
Status Lahan
|
Dimiliki oleh Pemerintah Lokal
| |
Jarak ke Perumahan Terdekat
|
0,50 km
| |
Jarak ke sungai
|
3 km
| |
Jarak ke pantai
|
14 km
| |
Jarak ke lapangan udara
|
30 km
| |
Topografi
|
Sebagian besar horizontal
| |
Dokumen Lingkungan
|
AMDAL Tahun 1997
| |
Metode Pengelolaan TPA
|
TPA yang terkontrol
| |
Kapasitas
|
Kapasitas
Pembuangan
|
2.871,84 m3/hari
|
Penggunaan
|
70 % dari luas lahan
| |
Lapisan Impermeabel
|
Padatan tanah liat
| |
Total Sumur Pengamat
|
3 unit
| |
Fasilitas Pengumpulan Gas
|
Pipa Gas (tipe PVC)
| |
Kendaraan Berat
|
Bulldozer
|
4
|
Front End Loader
|
0
| |
Excavator
|
1
| |
Fasilitas Bangunan
|
Kantor
|
1 ( 2 x 4 m2)
|
Pusat Pengobatan
|
1
| |
Kolam Renang
|
1 (100 m2)
| |
Aktivitas Pemulung
|
Total pemulung
|
291
(95 % dari suku Makassar)
|
Total pengumpul
|
7 orang
| |
Sumber: Dinas Kebersihan Pemerintah Makassar, 2007
|
Masalah yang paling signifikan yang timbul dari TPA adalah cairan lindi (leachate), bau yang tidak enak, lalat, dan asap dari pembakaran sampah, yang menimbulkan keluhan dari masyarakat setempat. Selama ini, tidak pernah terjadi kasus longsoran tanah dan longsoran sampah di lokasi TPA.
Nah, berikut hasil bidikan saya
Di "lubang besar" di ujung TPA, saya terkaget melihat banyaknya pemulung disini, mengais sampah yang baru terjun dari truk sampah.
Ternyata, sapi doyan makan sampah. Puluhan Sapi menyampah disini. Tiap hari datang pagi pulang sore.
Nun dekat disana rumah saya, entah tahun berapa TPA akan "menyentuh" rumah saya.
Sampah yang menggunung, bahaya longsor sampah senantiasa mengancam
Lihat Peta Lebih Besar
Referensi :
Pemerintah Kota Makassar
Yasir
tumpukan sampah kayak itu sama dgn di tempat sama lainya,krn memang ya hanya ditumpuk saja mau diapakan yg jelas tdk tahu,pada banyak sy berkomentar intinya menginformasikan caranya itu mudah skali dan mesti berhasil,dan sampah yg demikian itu sdh tdk mungkin ada yg memungut kecuali membusuk saja yg baunya sgt tdk enak,kalo tdk dimusnahkan untuk apa,caranya mudah,dibakar tanpa bahan bakar apapun,jangankan jumlah yg ada kalikan 10 atau 100 sama skali tdk sulit dijamin mesti berhasil.buka teknologitpa.blogspot.com
BalasHapusBoleh minta alamat TPA nya? Soal.y ada tgas dri skolah :)
BalasHapuskebetulan saya lagi meneliti tentang yang terjadi di TPA izin share ya.
BalasHapusTamangapa kecamatan manggala sudah sangat tidak layak dijadikan TPA,penduduknya sdh semakin padat,jarak tpa sebaiknya 10km dari lokasi pemukiman penduduk.di sul-sel masih banyak lokasi yang kosong sebaiknya pemerintah mulai menentukan tempat tpa yang baru.sebap sangat tidak bijak jika pemerintah terus membiarkan warga antang berada dilingkungan yang tdk sehat akibat sampah.pemerintah yang baik tentu selalu memikirkan kesehatan keselamatan dan kesejahtraan warga masyarakatnya terlebih dahulu dibanding proyek 2 yang lain yang cuma dinikmati oleh sebagian kecil warga masyarakat.
BalasHapusPercuma, pemerintah juga gak peduli
Hapus