Markas KPK diserbu sejumlah Polisi, 6 Oktober dini hari. Misinya, menangkap salah seorang penyidik KPK, Novel Baswedan karena kasus penembakan pencuri delapan tahun lalu. Konon Novel Baswedan lah yang mengobrak-abrik Korlantas Polri dalam kasus simulator SIM. Penyerbuan KPK ini sebagai balas dendam dan kriminalisasi Novel? Saya pastikan demikian. Setelah kejadian tersebut, Novel tiba-tiba terkenal, dan berikut sedikit informasi dan profil mengenai dirinya.
Novel Bawesdan lahir di Semarang 1977. Ia merupakan lulusan Akademi Polisi pada 1996 dan masuk KPK sejak 2006. Ia merupakan salah satu penyidik utama KPK. Sebut saja kasus-kasus besar yang ditangani KPK, hampir dipastikan ada nama Novel di dalamnya. Seperti Kasus Simulator SIM yang menyeret nama Irjen Pol Djoko Susilo, Korupsi Bupati Buol, PPID dengan terdakwa Wa Ode Nurhayati, Wisma Atlet, cek pelawat. Novel juga tak segan turun langsung ke lapangan saat menangkap Bupati Buol Amran Batalipu, dan menjemput Muhammad Nazaruddin dari Cartagena, Kolombia. Novel merupakan penyidik yang memberi penjelasan kepada anggota komite etik KPK soal kasus Nazaruddin. Terkait kasus korupsi simulator SIM, Novel memimpin langsung penggeledahan di Kantor Korlantas. Ia pula yang menghubungi pimpinan KPK pada malam hari untuk meminta bantuan lantaran mendapat hadangan di lokasi. Novel juga pernah bersitegang dengan anggota Komisi III DPR Aziz Syamsudin serta Nudirman Munir saat memaksa menjenguk Nazaruddin di Rutan Mako Brimob.Novel Baswedan merupakan keluarga dekat (sepupu) Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan.
Taufik Baswedan menggambarkan adiknya, Novel Baswedan, 36 tahun, sebagai penyidik yang menyayangi sang ibu. Ketika pada Jumat 5 Oktober 2012 sejumlah polisi mendatangi kantor Komisi Pemberantasan Korupsi hendak menangkapnya, Novel mengabari sang abang lewat telepon. "Dia bilang, ''Tolong jaga Ibu," kata Taufik. Novel pertama kali menyampaikan niat mundur dari kepolisian dan beralih status menjadi pegawai tetap KPK kepada ibundanya. Keputusan berat bagi keluarga itu. Menimang-nimang bermacam cara, lulusan Akademi Kepolisian 1998 ini memilih ”lobi pijitan”: pada suatu malam, ia mendekati ibunda dengan membawa minyak gosok. "Saya mau pijat kaki ibu dulu, baru ngomong mau mundur," Novel menuturkan. Seolah-olah bisa menebak isi hati putranya, sang ibu bertanya, "Vel, kamu tak tertarik menjadi pegawai tetap KPK?” Mendengar perkataan itu, keputusan Novel pindah ke KPK makin bulat. Pada Rabu pekan lalu, namanya termasuk dalam daftar 28 penyidik yang diangkat menjadi pegawai KPK.
Novel masuk KPK pada Januari 2007, ketika lembaga ini dipimpin Taufiequrachman Ruki. Ia bukan termasuk lima penyidik yang dipaksa melapor ke Markas Besar Kepolisian RI paling telat Selasa pekan ini. Dalam surat penugasan yang dibuat Markas Besar Polri, masa dinasnya berakhir pada Desember. Bila masa dinasnya tak diperpanjang, ia semestinya balik kandang akhir tahun ini. Seorang petinggi KPK menyebut Novel sebagai salah satu penyidik terbaik di sana. Independensinya sebagai penyidik komisi antikorupsi membuat ia tak disukai di kepolisian. Di sebuah mailing list internal kepolisian, namanya dijelek-jelekkan setelah memimpin penggeledahan di Korps Lalu Lintas pada Juli lalu. Novel dicap sebagai "pengkhianat" yang "hendak menghancurkan korps".
sumber: tempo, mediaindonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar