15 Okt 2012

Wisata Bahari Pulau Samalona

Akhir pekan kemarin, kami sekeluarga berwisata ke pulau Samalona, Makassar. Pulau Samalona adalah sebuah pulau kecil di Selat Makassar, jaraknya sekitar 7 Km dari daratan Makassar, tepatnya di sebelah barat daya pantai barat Sulawesi Selatan, dapat dengan jelas dilihat dari Benteng Fort Rotterdam Makassar. Pulau Samalona merupakan salah satu obyek wisata bahari di Sulawesi Selatan yang wajib dikunjungi. Pasir  putih dan air laut yang jernih menjadikan pulau ini cocok untuk berjemur. Selain itu, kawasan pulau ini sangat bagus untuk snorkeling dan menyelam (diving), karena dikelilingi oleh keanekaragaman flora dan fauna yang indah. 

Sejarah

Konon Pulau Samalona menyimpan potensi benda bersejarah berupa peluru meriam yang digunakan pada zaman pendudukan kolonial di Indonesia. Sebagian peluru meriam kuno yang tersimpan di museum I La Galigo, Benteng Rotterdam, dulu ditemukan di Samalona. Menurut prediksi masih ada puluhan bahkan ratusan peluru meriam kuno yang belum ditemukan di pulau tersebut. 

Dahulu pulau Samalona dijadikan basis persenjataan ketika kolonial Belanda melawan benteng pertahanan Sultan Hasanuddin dari Kerajaan Gowa yang menghadap ke laut atau dikenal sebagai Benteng Pannyua (Rotterdam). Area benteng Rotterdam yang mencapai sekitar tiga hektar menjadi pusat pertahanan di wilayah Makassar, sedangkan di sekitar Pulau Samalona menjadi tempat penyerangan kolonial ke wilayah Makassar. 

Disekitar pulau ini, kita dapat menemukan jejak jejak kapal perang sisa peninggalan pada Perang Dunia II dulu, kurang lebih ada sekitar 7 bangkai kapal yang teronggok di sekitar perairan pulau Samalona, antara lainnya adalah kapal Maru, kapal selam pemburu/gunboat,yang merupakan kapal perang milik armada laut Jepang yang ada pada kedalaman sekitar 30 meter, kapal Lancaster Bomber, dan kapal Hakko Maru yang merupakan kapal perang buatan Belanda. Secara keseluruhan, keberadaan bangkai kapal-kapal perang tersebut kini telah berubah fungsi menjadi rumah bagi ratusan biota laut yang ada di pulau Samalona. 

Konon pula bahwa dahulu pulau kecil ini digunakan untuk tempat pengasingan penderita kusta. Semenjak saat itu, tak banyak orang yang berani mengunjungi pulau ini. Tapi kini pulau ini menjadi tempat yang sangat ideal untuk dikunjungi karena keindahannya dan jaraknya yang dekat dari pusat kota. 

Mitos
 
Dari mitos yang ada, kalo ke pulau-pulau di sekitar Makassar termasuk ke Pulau Samalona ini harus mengajak anak kecil. Kalo tidak, (katanya) bakal terjadi apa-apa. Percaya atau tidak, saya kembalikan ke Anda 

Wisata 
 
Segala informasi sejarah dan keindahan pulau Samalona tersebut membuat kami tertarik berwisata kesana. Jadilah kami pagi menjelang siang, kami (Saya, Istri, Ayah, Ibu, Adik, Ipar, dan Ponakan) berangkat dari Dermaga POPSA yang berada di depan Benteng Fort Rotterdam. Catat, kami membawa anak kecil bukan karena percaya mitos. hehehe.


Setelah tawar-menawar dengan pemilik perahu penyeberangan dan persiapan lain, kami pun berangkat. Tarif sewa perahu nelayan (perahu dengan mesin tempel) mulai 300 ribuan jika tidak menginap, dan 400 ribuan jika menginap. Jika diberi harga diatasnya, anda dapat menawarnya, para pemilik kapal ramah dan baik, bisa diajak negosiasi. Kami berencana menginap semalam.

Sebelumnya tak ada seorangpun dari kami yang pernah kesana dalam waktu dekat ini. Ayah pernah kesana tahun 80-an, dan saudara ipar tahun 90-an, tentu suasananya sudah berbeda, termasuk sewa penginapan dan fasilitas lain di pulau Samalona. Kata Ayah, dulu di Samalona belum banyak penduduk, hanya satu-dua rumah saja yang ada disana. Sebelum melaut, motor kami parkir di dermaga, semalam dengan tarif 10 ribu per motor.


Perjalanan cukup mendebarkan, kapal kecil yang kami tumpangi membelah lautan dengan kecepatan cukup tinggi. Tak sampai 30 menit, kami tiba di pulau Samalona setelah transit sebentar di pulau Lae-Lae. Sesaat sebelum berlabuh, tampak air laut yang sangat jernih dengan hamparan pasir putih ditepi pulau. Garis-garis cahaya matahari terlihat jelas menyusup masuk ke dalam air. Sangat indah. Belum ada wisata laut lain yang saya kunjungi yang mengalahkan bersih dan jernihnya air laut disini. Sepertinya akan jadi pengalaman wisata pulau yang menyenangkan. Entahlah, saya hanya pernah berwisata ke Tanjung Bira, Kuta Bali dan Pulau Kayangan. Secara keseluruhan pantainya memang indah, landai dengan pasir putih dan air laut yang jernih berwarna biru kehijauan. Cocok buat snorkeling karena terumbu karangnya masih bagus, banyak anemon-anemon laut dan ikan-ikan berwarna-warni, yang berseliweran. 

Sesampai di pulau, kami disambut oleh warga pulau yang menawarkan rumahnya untuk ditinggali. Rumah kayu sangat sederhana dihargai 300 ribu untuk kami tinggali sekeluarga sehari-semalam. Setelah beristirahat sejenak, saya sempatkan keliling pulau. Pulau ini sangat kecil, konon penduduk pulau ini terdiri dari dua rumpun keluarga yang turun temurun menempati pulau. Pulau Samalona dimiliki oleh 7 orang yang saling bersaudara. Hampir seluruh rumah disana dapat disewakan untuk wisatawan, rumahnya ada yang bergaya tradisional (rumah panggung) dan modern (rumah batu). Tarif menginap berkisar Rp. 300.000 – Rp. 400.000 per rumah dan Rp. 150.000 – Rp. 200.000 kalau tidak menginap. 

Setelah berbincang sejenak dengan warga pulau, diketahui tidak ada sekolah di pulau ini. Sejak kelas Sekolah Dasar, anak-anak Samalona sudah mulai dititipkan atau kost di rumah saudara di Makassar, dan buat ibu yang akan melahirkan disana melahirkan di rumah hanya ditolong oleh saudara. Banyak juga anggota keluarga yang menetap di daratan Makassar, untuk bersekolah dan bekerja. Tak ada orang luar yang boleh menempati pulau kecuali menikahi penduduk asli. 

Jumlah rumah di pulau ini tak sempat saya hitung, sepertinya berjumlah 10 rumah saja, termasuk kamar penginapan. Konon luas pulau ini 2.34 hektar saja. Dulu, Pulau ini luasnya 6.7 Ha tapi makin lama makin menyusut dan mungkin seperti Pantai Kuta, dimasa depan pulau ini akan menghilang. Pulau ini diperkirakan hilang/tenggelam pada tahun 2020. Setelah berkeliling, ada bangunan kecil di tengah pulau yang difungsikan sebagai Mushalla, ada juga bangunan makam pendahulu pulau yang bersebelahan dengan pohon besar, tampak beberapa orang membawa kemenyan dan sesajen kesana, ada juga minimarket kecil disana, selain minuman ringan saya lihat ada minuman keras dijual disana. 

 

Sebelum berendam, bekal makanan dari rumah yang dibawa ibu dan adik saya siap kami santap. Untunglah kami membawa bekal makanan dan minuman yang cukup banyak, karena masyarakat pulau mematok harga yang sangat mahal untuk segala fasilitas yang ada. Saya wajarkan karena jauh dari kota dan makanan serba terbatas, dan itulah penghasilan mereka selain melaut. Namun ada juga harga yang menurut saya kebangetan. Fasilitas buang air kecil disini dihargai 5 ribu rupiah sekali kencing, 10 ribu rupiah untuk BAB atau ganti pakaian, dan 15 ribu rupiah untuk mandi. Tapi jangan kira anda akan mandi air tawar, hanya disediakan air laut untuk itu semua. Alat bakar ikan sederhana pun dihargai dengan biaya sewa 50 ribu rupiah. 

Sore hari, kami menyewa alat snorkeling seharga 50 ribu rupiah sampai puas. Kami pun berendam sambil melihat keindahan bawah laut. Banyak karang dan koral yang rusak di tepi pantai, namun masih banyak yang indah jika berani agak ke tengah dekat mercusuar. Ikan berwarna warni sangat indah dipandang mata. Tapi, hati-hati jangan sampai menginjak hewan Bulu Babi, kadang bersembunyi atau mengelompok di dasar laut. 

Setelah asyik snorkeling, kami beristirahat sejenak dan membersihkan badan, menunggu sunset yang tak kalah indahnya. Sayang, batere kamera saya lobet dan tak dapat digunakan. Listrik disini berfungsi dengan bantuan genset. Listrik baru dapat dinikmati mulai jam 6 sore hingga jam 6 pagi, saya tak sempat lagi mengisi batere sebelum matahari terbenam. 

Malam hari, kami tidak dapat tidur dengan nyaman. Selain pengunjung lain yang begadang dan ribut, anak muda Samalona sepertinya mencari ikan di malam hari. Kami yang menyewa rumah tepat di bibir pantai pun tidak dapat tidur nyenyak. Kegaduhan berhenti menjelang subuh. Pagi hari, sunrise dapat dinikmati di sebelah timur pulau. Tak sempat saya abadikan karena tidur lagi selepas Shalat Subuh. 

Pagi hari Minggu, mulai banyak lagi pengunjung. Sepertinya mereka memilih tidak menginap karena sudah tahu situasinya. Banyak yang datang menyewa perahu beberapa jam saja untuk diving dan snorkeling. Ada juga yang datang dengan kapal agak besar dan melakukan kegiatan kumpul bareng di pulau ini. Ada pula yang ber speed boat disini, mancing dan sesi foto-foto. 

Menjelang siang kami kembali ke daratan Makassar. Semalam di pulau Samalona terasa menyenangkan. Kalau tak ingin jatuh miskin atau berkurang kekayaannya saat berwisata di pulau ini, berikut ini tips dan trik wisata di Samalona.

  • Bawa Tenda bagi yang ingin menginap 
  • Bawa alat snorkeling dan diving sendiri
  • Bawa bekal makanan dan minuman yang cukup
  • Bawa uang kecil yang banyak, untuk buang air dan ganti pakaian
 
sumber : wikipedia , kompas , puppytraveller  

1 komentar:

  1. Makasih infonya ^_^
    Pulau Samalona, indah bangat.
    Salam kenal :)

    Kalau Sobat traveller ingin melihat foto virtual Keindahan Pulau Samalona. Lihat di sini:
    http://indonesiavirtual.com/index.php?option=com_jumi&fileid=11&Itemid=109&id_img=529

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...