Ada kebiasaan atau bahkan tradisi saat bulan Ramadhan datang, ada sesuatu yang unik yang lain dari hari biasanya yang kadang menjadikan Ramadhan terasa special. Mungkin tradisi itu mulai hilang ataukah mungkin semakin menguat. Berikut adalah beberapa tradisi atau kebiasaan warga Makassar saat menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Maaf kalau ada yang salah kaprah ataupun kurang dalam berbahasa. Selamat ber-Ramadhan.
Tradisi ngabuburit dan buka puasa
Tempat menghabiskan waktu menjelang buka puasa (ngabuburit) yang terbaik asyik tentu saja di rumah atau di masjid sambil tadarus Al-Quran atau menonton ceramah agama. Namun bagi anda yang mempunyai hobi jokka (jalan-jalan), tempat favorit ngabuburit di Makassar adalah pantai Losari dan Mall Panakkukang. Mengapa? Tentu saja karena di kedua tempat ini sangat padat dan ramai orang yang menanti buka puasa.
Di Pantai Losari, anda bisa menikmati suasana sore sambil memancing ataupun sekedar duduk-duduk menunggu sunset, di Mall Panakkukang anda bisa keliling dan berbelanja sepuasnya. Kuliner apapun dengan mudah anda dapatkan di tempat ini, mulai dari makanan takjil buka puasa (pisang ijo, es teler, gorengan, dll) sampai makanan berat (konro, coto, sop saudara, ikan bakar, sari laut, mie kering titi, dll). Selain makanan yang melimpah, fasilitas masjid / mushalla juga tersedia di tempat ini walaupun shalat disunu mesti antri saking banyaknya orang.
Tempat buka puasa favorit lainnya adalah Masjid Al Markaz Al Islami (Masjid Jendral M. Yusuf) dan Masjid Raya Makassar. Insya Allah panitia buka puasa menyediakan makanan berat berupa nasi kotak gratis bagi jamaah dan musafir.
Masjid Raya Makassar
Tradisi Tarawih
Tempat shalat tarawih (tarwih, teraweh) favorit di Makassar adalah Masjid Al Markaz Al Islami (sekarang Masjid Jendral M. Yusuf) dan Masjid Raya Makassar. Selain karena bangunan Masjid yang megah, banyak pedagang pakaian dan aksesoris muslim yang menjajakan dagangannya saat dan sesudah shalat tarawih yang membuat suasana masjid dan sekitarnya sangat ramai. Selain jamaah masyarakat Makassar, banyak pula jamaah tarawih dari daerah Kabupaten sekitar Makassar seperti Gowa, Maros, Takalar, dan Pangkep.
Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar
Hal lain yang membuat orang tertarik shalat tarawih disini adalah penceramah yang diundang memberi ceramah terawih adalah penceramah kondang (terkenal) di Makassar dan Sulawesi Selatan, sehingga jamaah tidak bosan dan senantiasa bersemangat mengikuti ceramah dan shalat tarawih.
Tradisi sahur
Seperti di daerah lain di Nusantara, tradisi sahur di bulan Ramadhan hampir sama. Ada dua cara membangunkan orang untuk memasak dan makan sahur, yaitu lewat pengeras suara yang ada di masjid (bahkan ada yang menggunakan sirene) dan membangunkan secara langsung dengan berkeliling kampung. Yang bertugas membangunkan sahur adalah pengurus masjid dan remaja masjid setempat. Karena jarak antara satu masjid dengan masjid lainnya tidak begitu jauh (paling jauh sekitar 1 km) di Makassar, menyebabkan suasana sahur sangat ribut ramai dan gaduh. Terdengar suara bersahut-sahutan antar masjid serta bunyi kaleng dan botol yang dipukul oleh orang yang berkeliling membangunkan sahur sambil berteriak-teriak.
Nah, saat makan sahur unik lagi, dulu sering kami (khususnya saya, warga makassar) makan sahur sambil mendengarkan radio. Saat itu, lagu dangdut sahur yang sering diputar sangat familiar di telinga kami, saya lupa tidak tahu judul dan penyanyinya, namun masih ingat liriknya
Sahur sahur sahut dulu, mumpung masih ada waktu...
Bangun bangun bangun dulu, mumpung masih ada waktu...
Dan saat imsak tiba, suara ayam kukuruyuk sangat khas terdengar membuat saya gentar menyentuh makanan lagi.
Namun saat ini tradisi kebiasaan itu mulai hilang dalam beberapa tahun ini. Mendengar radio saat sahur berganti menonton televisi dengan beragam acara, mulai ceramah, dialog interaktif, humor, hingga pertandingan sepakbola.
Tradisi Subuh
Shalat subuh berjamaah di Masjid biasanya disertai ceramah setelah shalat subuh. Penceramah berasal dari jamaah yang ingin memberikan ceramah kultum. Paling sering yang memberikan kultum adalah santri pesantren yang sedang berlibur di kampung halamannya. Dulu, kadang saya merasa minder dan iri sendiri melihat anak santri seumuran saya berani berceramah dihadapan banyak jamaah.
Selepas shalat subuh, jalan di Makassar saat Ramadhan ramai oleh jamaah yang jalan-jalan subuh hingga pagi. Tua muda bercampur baur. Akan familiar kita lihat jalan dipenuhi remaja putri bermukena dan remaja putra berkopiah dan sarung. Kondisi ini lebih ramai lagi saat liburan sekolah, apalagi bila disuguhi balapan liar dan petasan. Jalan pagi mulai selepas shalat subuh hingga lewat pukul 7 pagi. Dulu, saya bisa jalan pagi sejauh 2 km pulang pergi, tidak berasa haus dan capek karena ramai.
Nah, itulah beberapa tradisi atau kebiasaan Ramadhan di Makassar. Bagaimana dengan tradisi Ramadhan di kota / kampung anda ???
Gambar dicomot dari wikipedia, panoramio, pbase, dan okezone.
nyari lagu sahur sahur sahur dulu, gak nemu2
BalasHapusmemoriable bgt tu lgu