7 Jul 2010

Antraks yang Melelahkan



Mungkin judul postingan ini agak nyeleneh? Sepertinya judul ini keliru yang mestinya kata Melelahkan diganti dengan Mematikan. Biarlah, semau gue dong, blog blog gue..



Seperti diketahui bersama, tahun 2010 ini Indonesia sedikit dihebohkan dengan pemberitaan munculnya Antraks di Sulawesi Selatan, tepatnya di Kabupaten Maros. Antraks muncul di Maros pada akhir Maret 2010 dengan tiga tersangka Antraks pada manusia karena muncul gejala klinis Antraks kulit padanya dengan riwayat kontak daging sapi positif Antraks. Agar lebih dramatis, mari saya perkenalkan sedikit tentang Antraks ini.




Antraks adalah Penyakit Hewan Menular yang bersifat zoonosis, akut menyerang hewan pemamah biak (sapi, kerbau, kambing, domba, babi, dll), burung unta maupunj manusia dan dimasukkan dalam golongan Re-emerging disease. Sejak tahun 1932 penyakit ini dilaporkan sudah endemis pada hewan di 11 Propinsi di Indonesia yaitu di Propinsi Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua, sedangkan kasus terakhir pada manusia tahun 2007/2008 dilaporkan di enam Propinsi yaitu di Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Bekasi, Purwakarta), Jawa Tengah (Kabupaten Boyolali, Desember 2008), NTT (Kabupaten Sumba Barat, Maret 2007), NTB (Sumbawa Besar, Sumbawa Barat, Dompu, Bima), Sulawesi Selatan (Makassar) dan DKI Jakarta (Mei 2008). Sebahagian besar kasus adalah bersifat antraks kulit. Agen penyakit adalah Bacillus Anthracis, gram positif, non motile, dan berspora sedangkan bentuk vegetatif rentan terhadap desinfektan, antiseptik, dan antibiotik.




Cara penularan penyakit Antraks antara lain :

1. Kontak langsung dengan hewan sakit

2. Menghirup spora dari hewan yang sakit, spora antraks yang ada di tanah/rumput dan lingkungan yang tercemar spora antraks maupun bahan-bahan yang berasal dari hewan yang sakit, seperti kulit, daging, tulang, dan darah.

3. Mengkonsumsi daging hewan yang sakit/mati dan produknya karena antraks

4. Pernah dilaporkan melalui gigitan serangga Afrika yang telah memakan bangkai hewan yang tertular kuman Antraks.

5. Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi, tapi kewaspadaan standar tetap diperlukan



Macam Antraks :

- Antraks kulit (kontak langsung dengan hewan/produk hewan yang tercemar spora Antraks)

- Antraks gastrointestinal (akibat memakan daging tercemar, tangan yang tercemar)

- Antraks pulmonal (menghirup spora)

- Meningitis Antraks (penjalaran dari antraks bentuk lain)



Pencegahan Antraks :

1. Kewaspadaan dini menjelang terjadinya pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan

2. Kebersihan individu dan lingkungan melalui perilaku hidup bersih dan sehat, tidak mengkonsumsi hewan sakit dan tidak membuat barang-barang dari produk hewan yang sakit/mati karena kuman antraks

3. Pencegahan pada reservoir dengan cara pemberian vaksinasi dan pengawasan pemotongan hewan pre dan post mortum.



Jika anda masih kurang ngeri, mungkin sedikit gambaran adalah saat saya menonton televisi semalam, setelah mengganti sekian banyak channel, akhirnya pandangan saya tertuju pada sebuah stasiun tv luar, sebuah film geje, sepintas mengisahkan tentang sebuah kapal perang yang ingin disusupi pihak teroris. Teroris itu menggunakan senjata biologis dalam rencana melumpuhkan kapal perang itu, dan tahukah anda apa bahan dasar senjata biologisnya? SPORA ANTRAKS. begitu luar biasa dampak Antraks ini sampai sangat terkenalnya dan di filmkan.



Jika belum ngeri juga yah sudahlah, tokh saya nulis blog bukan untuk nakut-nakutin. Lanjut. Setelah nonton film (walaupun hanya sekitar 10 menit), keesokan paginya saya dihubungi pihak Dinas Kesehatan Tingkat Propinsi Sulawesi Selatan, memberitahukan bahwa ada (lagi) pihak pusat (subdit zoonosis) yang berkunjung ke Maros hari itu juga yang akan memantau perkembangan Antraks. Oh GOD, koq masalah ini tak ada habisnya? Bukan apanya, maslah Antraks ini sudah sangat panjang dan melelahkan, mulai dari masyarakat umum yang takut mengkonsumsi daging, peternak yang merugi jualannya tak laku, Pemerintah Desa yang habis energinya untuk melayani "tamu", sampai saya sendiri yang kerja "sukarela" untuk itu, maklum dalam APBD tak memiliki anggaran operasional (Syukurlah ada sedikit bantuan tenaga dari APBN.. hehe).



Mengapa Maros dipilih untuk kunjungan ini? tak lain dan tak bukan adalah karena menurut bapak dari pusat (pak Agus namanya), kejadian Antraks terakhir dan satu-satunya di tahun 2010 ini adalah di Kabupaten Maros. Huft. Semoga Antraks tidak terjadi lagi di muka bumi, banyak orang dapat susah karenanya.



Satu yang masih terngiang dalam batin saya adalah kata-kata petugas Puskesmas saat menunggu pak Agus "Aduh, lama-lama kita tidak mati karena Antraks, tapi karena lelah menunggu...." Hehehehe.. bercanda koq pak Agus...







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...