Disini nona saya refleksikan pada diri saya sendiri (walaupun saya bukan nona, tapi daeng, laki-laki tulen) yang hari ini ber"manja" seperti si nona. Saya refleksikan ke diri saya pribadi karena hari ini saya hanya bermanja, bermalas-malasan di rumah. Izin membolos masuk kantor.
Dalam kalimat kedua terdapat kata coto. Coto adalah kuliner khas Makassar, semacam sop daging yang tidak dimasak bersamaan dengan kuahnya. Daging, usus, hati, paru, limpa, jantung direbus tersendiri. Bisa dari sapi atau kuda. Ini mungkin makanan yang paling komplit karena hampir semua bagian sapi atau kuda dapat dijadikan bahan tanpa ada yang terbuang. Sementara kuahnya dimasak tersendiri. Kita bisa memesan tersendiri bagian yang kita suka, misalnya saya suka hati limpa, dan penjualnya akan mencampur-campurnya lalu menambahkan kuah. Dimakannya tidak dengan nasi tapi umumnya dengan ketupat.
Bagi orang Makassar coto sudah bisa dikatakan makanan wajib. Orang Makassar percaya bahwa masakan ini juga bisa jadi semacam obat. Makanya ada istilah “garring coto”. Garring dalam bahasa Makassar artinya sakit. Jadi kalau ada yang agak kurang bersemangat, loyo biasanya orang menyebut, lagi “garring coto”. Obatnya ya makan coto. Itulah saya hari ini, garring coto, kurang semangat, membolos kerja.
Jadi, saya hanya ingin mengatakan bahwa saya sedang tidak semangat, bukan sakit, sehingga butuh coto sebagai penyemangat.
oh, kirain soto kering.. hehe..
BalasHapusselamat bermana2 deh.. :-)
mlampah-mlampah sonten.
BalasHapustetap semangat
"bersyukur dan ikhlas........"
heheh keren
BalasHapusslm kenal
thnks ilmunya sob bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi saya sendiri..
BalasHapusteruslah membuat artikle yang bermanfaat semangat happy blogging..
bila berkenan kita tukeran link yahh..kalau mau comment di bloggku yah.. thnks sebelumnya