19 Jul 2010
Sekarang Musim Apa?
Tiba-tiba saja mau nulis soal musim, soalnya baru pulang dari cari sesuap nasi (gak nyambung). Saat siang sangat panas hingga membuat kepala pa'risi' (sakit - makassar), namun sebelum sore hujan mulai turun, makin lama makin deras, dan sore hari saat matahari masih menyengat, panas kembali menerpa bumi.
Itulah yang terjadi pada tubuh saya tadi, sebelum pulang saat jeda makan siang, cuaca sangat panas, namun sebelum keluar pagar kantor, gerimis mulai mengundang. Saya pikir tak mengapa, paling gerimisnya cuma sebentar. Namun, sebelum pertengahan jalan, gerimis bermetamorfosis jadi hujan, satu strip dibawah badai. Saya terlanjur basah total, perjalanan saya lanjutkan dengan berbasah-basahan. Sepertiga jalan sebelum sampai tujuan, hujan reda, berhenti total, hanya menyisakan basah dengan sedikit lumpur di jalan. Kemudian panas kembali menyengat. Walhasil, separuh baju kering di jalan, hingga menyisakan CD yang sedikit basah saat sampai di tujuan. Dan oleh-oleh yang saya dapat hari ini : meriang! (bukan "me-riang", namun masuk angin, panas dingin, badan tidak enak).
Banyak kemudian orang (utamanya saya) yang dongkol akibat ketidakteraturan cuaca ini. Apalagi saya yang mengendarai sepeda motor untuk memanjangkan langkah saya, ketidakpastian ini sanagat merugikan, contoh kecil : kadang saya lupa membawa jas hujan saat pagi karena melihat cuaca yang cerah, namun berganti penyesalan karena saat siang cuaca berubah, hujan.
Sebagai negara beriklim tropis, warga lazim berpatokan bahwa musim hujan tiba ketika matahari berada di belahan bumi selatan. Yakni, pada Oktober-April. Musim kemarau terjadi ketika matahari berada di sebelah utara khatulistiwa. Itu terjadi pada April-Oktober. Kalau tidak hujan, yah panas, itu saja.
Namun teori itu sepertinya runtuh tahun ini yang dimulai beberapa tahun sebelumnya, entah pengaruh apa, ahli cuaca mengatakan anomali tersebut disebabkan terjadinya fenomena penghangatan suhu muka laut, yang ujung-ujungnya hal ini karena pemanasan global. Pemanasan global telah mengakibatkan semakin tidak meratanya pola temperatur dan tekanan udara secara spasial (ruang). Perbedaan temperatur terjadi di daerah subtropis maupun daerah tropis yang mengakibatkan terjadinya pergerakan udara secara ekstrem. Perhitungan musim tanam dan musim melaut tidak lagi presisi. Bencana pun selalu datang, baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Entah sampai kapan cuaca tak menentu begini, 1 tahun? 2 tahun? 5 Tahun? 1 dasawarsa? 1 abad? selamanya? Saya tak peduli, yang jelas sangat merugikan anak-anak yang musim layangannya berubah, penjual buah yang hasil buahnya jadi tak tentu panennya, hingga saya yang memang tak suka hujan ataupun panas. Karena Hujan kebasahan, dan panas kegerahan. Dasar Manusia!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar